Sejarah

Selopuro merupakan salah satu kecamatan di Kab. Blitar yang wilayahnya berbatasan dengan Sungai Brantas. Bentang alamnya tersebut telah membuat Selopuro menjadi tempat yang strategis di masa klasik.

Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya sejumlah situs cagar budaya masa klasik seperti Situs Mronjo di Desa Mronjo, Situs Ploso di Desa Ploso dan Situs Trenceng di Desa Popoh. Ternyata di Desa Selopuro yang menjadi jantung Kec. Selopuro juga terdapat sejumlah peninggalan sejarah masa klasik.

Situs Selopuro

Tinggalan masa klasik di Desa Selopuro ada di beberapa titik dan berbeda dusun, sehingga untuk mudahnya bisa disebut Situs Selopuro. Situs sejarah tersebut berada di Dusun Selopuro dan Dusun Jabon. Di Dusun Selopuro terdapat Punden Mbah Soko dan batu inskripsi, sedangkan di Dusun Jabon terdapat sisa-sisa bangunan dan beberapa fragmen benda cagar budaya.

Punden Mbah Soko

Terdapat tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Dusun Selopuro. Tempat tersebut akrab disebut sebagai Punden/ Makam Mbah Soko. Punden ini terletak di belakang Puskesmas Selopuro. Di punden ini terdapat sebuah batu yang berlubang mirip sistem kunci pada bangunan masa klasik.

Inskripsi Selopuro

Inskripsi Selopuro merupakan angka tahun yang dipahatkan pada balok batu. Biasanya inskripsi semacam ini merupakan bagian dari ambang pintu bangunan masa klasik. Jika dikaitkan dengan mitos nama Selopuro yang berarti gapura batu, apakah mungkin inskripsi ini bagian dari gapura batu yang dimaksud? Hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kondisi inskripsi ini sedikit tertimbun, satu digit angkanya yang paling depan sudah patah dan belum/tidak ditemukan. Menurut masyarakat setempat, inskripsi ini menunjukkan angka tahun 1369 Saka. Dalam Penelitian dan Pengkajian Kepurbakalaan di Sepanjang Sungai Lekso tahun 1995 inskripsi ini disebut sebagai Situs Selopuro Krajan dan angka tahun yang terbaca 1341 Saka. Menurut pembacaan DTrav inskripsi ini berangka tahun 1351 Saka. Sebenarnya yang terbaca dari inskripsi ini hanya 351. Dengan asumsi bahwa digit paling depan adalah angka satu, jadi kemungkinan inskripsi ini menunjukkan angka tahun 1351 Saka (1429 Masehi). Tahun tersebut berasal dari era Kerajaan Majapahit periode awal pemerintahan Ratu Suhita (Prabu Stri).

Situs Jabon

Dalam Penelitian dan Pengkajian Kepurbakalaan di Sepanjang Sungai Lekso tahun 1995 disinggung mengenai sebuah struktur bangunan batu bata namun dalam laporan tersebut struktur yang dimaksud sudah tidak dapat ditemukan. Dalam penelusuran, DTrav masih menemukan sejumlah bata kuno berukuran besar. Selain itu masih didapati pula fragmen lingga.

Dalam ROC tahun 1908, Knebel melaporkan adanya sejumlah benda cagar budaya yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Benda benda tersebut adalah arca mahayogi, arca maharesi, dan yoni kurmanaga (kurmanagayoni: yoni yang ceratnya disangga kura-kura yang disangga oleh naga).

Situs Mandesan

Agak ke barat namun sudah masuk Desa Mandesan, tepatnya di Dusun Jombor dulu juga pernah di temukan batu bata kuno di area persawahan. Kini batu bata tersebut dikumpulkan di bawah pohon dengan kondisi yang sudah pecah.

Sumber: https://travellersblitar.com